Sunday, July 7, 2013

SULITNYA BERAMAL MULIA

Dari Ibnu Mubarok ra. dari Kholid
bin Ma'dan ra. berkata pada Muadz
ra. ; "Mohon ceritakanlah satu hadist
yang terdengar olehmu dari
RosulullahH SAW. yang kamu hapal
dan kamu ingat setiap hari karena
sangat kerasnya hadist itu tetapi
sangat halus dan mendalamnya hadist tersebut. (terserah) hadist
manakah menurut tuan yang
paling penting." Jawabnya ; "Baiklah akan
kuceritakan". kemudian beliau
menangis dahulu, lama sekali.

Selanjutnya beliau berkata ; "Ehm.
sungguh kangen sekali kepada
RosululLOH SAW, ingin rasanya segera bersua dengan beliau." Kemudian Muadz ra. berkata lagi ;
"Ketika menghadap kepada
RosululLHO SAW. Beliau tengah
menunggang unta dan beliau
menyuruhku untuk naik di
belakang beliau. Kemudian berangkatlah aku bersama beliau
dengan mengendarai unta itu.
Beliau SAW. menengadah ke langit,
kemudian bersabda : ﺂـَﺸَﻳ ﺎَـﻣ ِﻪِﻘْﻠَﺧ ﻰِﻓ ﻱِﺬَّﻟﺍ ِﻪﻠﻟِ ٌﺪْﻤَﺤْﻟَﺍ
ٌﺫﺎـَﻌٌﻣ ﺎَـﻳ , ٌﺀ "Puji syukur ke hadlirot Alloh SWT.
yang berkehendak kepada
makhluq-NYA menurut kehendak-
NYA, wahai Muadz!."
Jawabku; "Ya Sayyidal Mursalin". Sabda beliau SAW. : "sekarang akan
aku ceritakan padamu satu cerita
yang apabila dihapalkan olehmu,
akan berguna bagimu. Tapi kalau
disepelekan olehmu, maka kamu
tidak akan mempunyai hujjah kelak di hadapan Alloh."
"Mai Muadz! Alloh itu menciptakan
tujuh malaikat sebelum DIA
menciptakan tujuh langit dan bumi.
Tiap Langit ada satu malaikat yang
menjaga pintu. Dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh Malaikat penjaga
pintu menurut kadar dan
keagungannya. Maka naiklah seorang Malaikat
yang memelihara dan mencatat
amal si hamba (Malaikat Hafadzoh)
ke langit dengan membawa amal si
hamba yang bersinar-sinar
cahayanya bagaikan cahaya matahari. Setelah sampai kelangit pertama, Malaikat Hafadzoh yang menganggap amal si hamba itu
banyak, memuji-muji amal-amal
tersebut. Akan tetapi, setelah
sampai di pintu langit pertama,
berkatalah Malaikat penjaga pintu
langit pertama kepada Malaikat Hafadzoh; "Tamparkanlah amal ini
ke muka (wajah) pemiliknya, saya
inipenjaga tukang mengumpat (Ghibah) dan saya diperintahkan untuk tidak
menerima amal tukang mengumpat
orang lain itu masuk, dan jangan
sampai melewatiku untuk mencapai
langit yang berikutnya". Kemudian keesokan harinya ada
lagi Malaikat Hafadzoh naik ke
langit dengan membawa amal sholih
yang berkilauan cahayanya.
dianggap oleh Malaikat Hafadzoh
begitu sangat banyaknya dan dipujinya. Namun begitu sampai ke langit kedua (setelah lolos dari langit pertama sebab si pemilik amal
bukan seorang pengumpat).
Berkatalah Malaikat di langit
kedua; "Berhenti! tamparkanlah
amal ini ke wajah pemiliknya! sebab
dengan amalnya itu dia mengharap kedunia-an
(hubbud-dunya). Alloh memerintahkan kepadaku harus
menahan amal ini jangan sampai
lewat kepada langit yang lain."
Maka Malaikat semuanya melaknat
pada orang tersebut sampai sore. Ada lagi Malaikat Hafadzoh yang
naik dengan membawa amal hamba
Alloh yang sangat memuaskan.
Penuh dengan sedekah, puasa dan
bermacam-macam amal kebaikan
yang oleh Malaikat Hafadzoh dianggap demikian banyaknya dan
dipujinya. Akan tetapi, begitu
sampai kelangit ketiga, berkatalah Malaikat penjaga langit
ketiga; "Berhenti! tamparkanlah
amal ini ke wajah pemiliknya! Saya
Malaikatpenjaga kibir (Sombong). Alloh memerintahkan padaku amal ini tidak melewati
pintuku dan jangan sampai naik ke
langit berikutnya. Salah sendiri dia takabbur kepada orang lain di dalam majlis-majlisnya
(perkumpulannya). Singkatnya, Malaikat Hafadzoh naik
lagi ke langit dengan membawa
amal hamba yang lain dan bersinar
bagaikan bintang yang paling
besar. Suaranya gemuruh penuh
dengan Tasbih, Puasa, Sholat (wajib dan sunnah), naik Haji dan
'Umroh.
Begitu sampai kelangit ke- empat itu, dikatakan; "Berhenti! jangan dilanjutkan! tamparkanlah
amal ini ke wajah pemiliknya! Saya
inipenjaga ujub (membanggakan amalnya) dan Alloh memerintahkan kepadaku
agar amal ini jangan sampai lewat,
sebab dia beramal selalu ujub". Kemudian naik lagi Malaikat
Hafadzoh dengan membawa amal
hamba yang diiring seperti
pengantin perempuan yang diiring
kepada calon suaminya. Begitu
sampaike langit ke lima membawa amal yang begitu bagus,
seperti Jihad, Ibadah Haji dan
'Umroh. Cahayanya pun berkilauan
bagaikan matahari. Berkatalah
Malaikat penjaga langit kelima;
"Saya inipenjaga sifat hasud (iri dan dengki). Nah itu! yang amalnya demikian bagus, (tetapi)
suka hasud (iri dengki) kepada
orang lain atas kenikmatan Alloh
yang diberikan kepadanya (orang
lain). Jadi dia itu membenci kepada
yang meridhokan (yaitu) kepada Alloh (membenci nikmat Alloh yang
diberikan kepada orang lain yang
berarti membenci Alloh SWT. Yang
Maha Pemberi Nikmat). Saya
diperintahkan oleh Alloh jangan
membiarkan amalnya itu untuk melewati pintuku ke pintu yang
lain". Kemudian Malaikat Hafadzoh naik
lagi dengan membawa amal yang
lain berupa wudhu yang sempurna,
sholat yang banyak, puasa, haji
dan umroh sehingga sampailahke langit ke-enam dan berkatalah Malaikat penjaga pintu ini; "Saya ini penjaga pintu Rohmat (kasih
sayang sesama makhluq
Alloh). nah! amal yang seolah-olah bagus ini tamparkanlah ke wajah
pemiliknya! Salahnya sendiri bahwa
dia itu belum pernah mengasihi
orang lain. Apabila ada orang yang
mendapat musibah dia merasa
senang. Aku diperintahkan oleh Alloh bahwa amalnya ini jangan
melewatiku, supaya jangan sampai
kepada yang lain". Kemudian Malaikat Hafadzoh naik
lagi dengan membawa
amal hamba berupa bermacam-
macam sedekah, puasa, sholat
jihad dan waro'. Suaranyapun
bergemuruh seperti geledek, cahayanya bagaikan kilat. Begitu
sampaike langit ketujuh, berkatalah Malaikat penjaga langit
ketujuh; "Saya ini penjagaSum'ah (ingin terkenal/masyhur). Sesungguhnya si pengamal ini ingin
termasyhur dalam kumpulan-
kumpulannya (majlis-majlis) dan
selalu ingin tinggi (merasa paling
terbaik dalam ilmu dan amal) di
saat berkumpul dengan kawan- kawannya yang sebaya dan ingin
mendapat pengaruh dari para
pemimpin. Alloh memerintahkan
kepadaku agar amalnya itu jangan
sampai melewatiku dan jangan
sampai kepada yang lain. Dan tiap- tiap amal yang tidak bersih karena
Alloh.Maka itulah Riya'. Alloh tidak akan menerima dan
mengabulkan kepada amalnya
orang-orang yang riya'." Kemudian Malaikat Hafadzoh naik
lagi dengan membawa
amal hamba yakni, Sholat,
Zakat, Puasa, Haji dan Umroh,
Akhlaq yang baik dan Pendiam,
tidak banyak bicara, (selalu) Dzikir kepada Alloh. Amal inipun diiringi
oleh Malaikat ke langit ke tujuh sehingga sampailah ke
hadhirot Alloh SWT. Para Malaikat itu berdiri di hadapan
Alloh. semuanya menyaksikan
bahwa amal ini adalah amal yang
sholeh, yang di-ikhlas-kan karena
Alloh. Akan tetapiAlloh 'Azza wa Jalla berfirman: "Kalian Hafadzoh! pencatat
amal hamba-KU. Sedangkan
AKU-lah yang mengintip
hatinya.
Amal yang ini tidak karena
AKU. Yang dimaksud oleh amal ini adalah selain dari
pada-KU, tidak diikhlaskan
kepada-KU.
AKU lebih mengetahui dari
pada kamu apa yang
dimaksud olehnya dangan amal itu. AKU laknat mereka.
Menipu kepada orang lain
dan juga menipu kepadamu
(Malaikat-Malaikat Hafadzoh).
Tapi AKU ini tidak akan
tertipu olehnya. AKU ini Yang Paling Tahu
akan hal yang ghoib-ghoib.
AKU-lah yang melihat isi hati,
dan tidak akan samar
kepada-KU setiap apapun
yang samar, tidak akan tersembunyi bagi-KU setiap
apapun yang sembunyi.
Pengetahuan-KU atas apa
yang telah terjadi sama
dengan pengetahuan-KU
akan apa yang bakal terjadi. Pengetahuan-KU atas apa
yang telah lewat sama
dengan pengetahuan-KU
yang akan datang.
Pengetahuan-KU kepada
orang-orang yang terdahulu sebagaimana pengetahuan-
KU kepada orang-orang
yang akan kemudian.
AKU lebih tahu apapun yang
lebih samar dari pada
rahasia. Bagaimana akan bisa hamba-
KU dengan amalnya itu
menipu kepada-KU.
Bisa juga mereka menipu
kepada makhluq-makhluq
yang tidak tahu, sedangkan AKU ini Yang Mengetahui
kapada yang ghoib-ghoib.
Laknat-KU kepadanya". Berkatalah ketujuh Malaikat dan
3.000 Malaikat yang menyertai: "Ya
Tuhan, dengan demikian tetaplah
laknat-MU dan laknat kami semua
bagi mereka". Maka semua yang ada di langit
mengucapkan; "Tetaplah laknat
Alloh kepadanya dan laknatnya
orang-orang yang melaknat". Sayyidina Muadz bin Jabal r.a.
(yang meriwayatkan hadist ini)
kemudian menangis terisak-isak,
dan berkata; "Ya RosululLOH, bagaimana aku bisa
selamat dari apa yang diceritakan
barusan?". RosululLOH SAW. bersabda : "Hai
Muadz! ikutilah Nabi-mu dalam soal
keyakinan". Aku bertanya kembali; "Gusti, Tuan
ini adalah RosululLOH, sedangkan
saya ini adalah Muadz bin Jabal.
Bagaimana saya bisa selamat dan
bagaimana saya terlepas dari
bahaya tersebut?". RosululLOH SAW. bersabda : "Ya
begitulah, Seandainya dalam
amalmu ada kelengahan,
maka tahanlah mulutmu
jangan sampai
menjelekkan orang lain,
dan juga kepada saudara-saudaramu
sesama 'Ulama. Apabila
kamu hendak
menjelekkan orang lain,
harus ingat kepada
dirimu sendiri sebagaimana engkau pun
tahu bahwa dirimu pun
penuh dengan aib-aib. Jangan membersihkan
dirimu dengan menjelek-
jelekkan orang lain. Jangan mengangkat diri
sendiri dengan menekan
orang lain. Jangan riya' dengan
amalmu agar amalmu itu
diketahui orang lain. Dan janganlah kamu
termasuk ke dalam
golongan orang yang
mementingkan kedunia-
an dengan melupakan
akhirat. Kamu jangan berbisik-
bisik dengan seseorang
padahal di sebelahmu
ada orang lain yang
tidak diajak berbisik
olehmu. Dan jangan takabbur
kepada orang lain, nanti
akan luput bagimu
kebaikan dunia-akhirat. Dan jangan berkata
kasar dalam satu majlis
dengan maksud supaya
orang-orang takut akan
keburukan akhlaqmu. Jangan membangkit-
bangkit (mengungkit-
ngungkit) apabila
berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek
(pribadi) orang lain
dengan sebab mulutmu,
Kelak engkau akan di
robek-robek oleh anjing-
anjing jahanam yakni sebagaimana firman Alloh
'Azza wa Jalla : ﺎًﻄــْﺸَﻧ ٍﺕﺎَﻄــِﺷ ﺎــَّﻨﻟﺍ َﻭ "Di neraka itu ada anjing-anjing
perobek badan-badan manusia"
Jadi mengoyak-ngoyak daging dari
tulang". Aku berkata; "Ya RosululLOH, siapa
yang kuat menanggung
penderitaan semacam ini?". Jawab RosululLOH SAW.: "Muadz!
yang kami ceritakan tadi itu akan
mudah bagi mereka yang
dimudahkan oleh Alloh SWT. cukup
untuk menggalang semua itu.
(yaitu) Kamu harus menyayangi orang lain sebagaimana kamu
menyayangi dirimu sendiri, apabila
kamu demikian maka kamu akan
selamat dan pasti dirimu
terhindar". Kholid bin Ma'dan (yang
menceritakan hadist tersebut dari
Sayyidina Mu'adz bin Jabal ra.)
berkata; "Sayyidina Mu'adz sering
membaca hadist ini sebagaimana
mempelajari Al-Qur'an dan mempelajari hadist ini sebagaimana
mempelajari Al-Qur'an dalam
majlisnya". Al Imam Ghozali r.a. berkata; "Maka setelah kalian
mendengar hadist ini yang
demikian luhur beritanya,
yang besar bahayanya dan
atsarnya (berita) yang
menyakitkan. Serasa akan terbang bila hati
mendengarnya, juga
membingungkan akal dan
menyempitkan dada serta
penuh huru-hara yang
mengagetkan. Maka kamu harus berlindung kepada
Alloh SWT. Tuhan Seru
Sekalian Alam. Diam di pintu
(Taqwa), mudah-mudahan
saja (pintu rohmat dan Ridho
Alloh) dibuka dengan lemah- lembut (dengan cara kita)
merendahkan diri, berdo'a,
menjerit dan menangis di
tangah malam (sholat
Tahajjud).
Juga di siang hari (selalu) bersama orang-orang yang
merendahkan diri seraya
menjerit dan berdo'a ke
hadhirat Alloh (selalu
menta'ati perintah-NYA dan
menjauhi larangan-NYA). Sebab tidak akan bisa
selamat dalam urusan ini
kecuali dengan adanya
rohmat Alloh SWT. karena
tidak akan selamat dari
tenggelamnya di lautan kecuali dengan pertolongan-
NYA, taufik-NYA dan Inayat
dari-NYA. Bangunlah dari
kelengahannya - kelengahan
kita dan Lawanlah nafsu dan
bisikan syetan terkutuk dengan lebih ta'at dan taqwa
pada syariat-NYA"

No comments:

Post a Comment